Memang ada
banyak sekali alasan untuk suatu pihak memasang
hotspot pada lokal area bisnisnya. Sebut saja
kampus, karena institusi pendidikan ini mempunyai
tujuan paling ‘mulia’ dalam pemasangan
hotspot.
Tujuan
utama suatu kampus dalam
menyediakan layanan hotspot tentu saja untuk
memperluas akses civitas akademikanya terhadap informasi global
melalui Internet, disamping mungkin juga mengembangkan
komunitas
e-learning
yang mereka miliki. Walaupun tidak bisa dipungkiri juga
terselip aspek bisnis dalam motivasinya. Namun yang
menjadi pertanyaan sekarang adalah sejauh mana
ketepatan layanan ini mencapai sasarannya? Benarkah
dalam sebuah kampus, era Internet kabel sudah harus
digantikan oleh hotspot. Ataukah hanya sekedar sebagai strategi
bisnis dalam persaingan dunia pendidikan yang kian
ketat?
Seperti yang kita tahu, sejak banyaknya kampus menyediakan
layanan hotspot, memang kampus tersebut
berhasil menjadi 'rumah kedua' bagi sebagian
mahasiswa. Namun sebenarnya untuk alasan apakah mereka
betah berlama-lama tinggal di kampus dengan laptop atau
PDA-nya, mungkin harus dikaji lebih dalam. Yang jelas
tidak sepenuhnya motivasi mereka untuk 'tinggal di
kampus' terkait dengan tugas kampus yang harus
dikerjakannya. Banyak diantaranya yang memanfaatkannya
sekedar karena 'gratis'. Karena seperti yang
diketahui bersama, biaya komunikasi di Indonesia,
termasuk untuk koneksi Internet, masih relatif mahal
jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Itulah
mengapa para mahasiswa ini lebih memilih
'gratis' di kampus, daripada 'bayar' di
luar. Tentu saja semua itu sangat
rasional.
Pastinya sebuah kampus sudah
mempertimbangkan kemungkinan seperti tersebut di atas,
sebelum mereka memutuskan untuk memasang hotspot.
Jika sudah
dapat menduga, mengapa juga mereka tetap memasangnya?
Tak lain adalah karena pertimbangan aspek bisnis,
karena seperti yang kita tahu, dunia pendidikan pun
saat ini merupakan lahan bisnis yang potensial. Untuk
dapat bersaing menjadi sebuah perguruan tinggi papan
atas, tentunya tak semata kualitas pendidikan yang
harus diperhatikan. Aspek fasilitas kampus merupakan
salah satu faktor penentu layak tidaknya sebuah
perguruan tinggi disebut 'bergengsi'. Bayangkan
jika sebuah perguruan tinggi ternama sekelas UGM atau
UI tidak mempunyai hotspot. Apa kata dunia? Itulah
mengapa saat ini banyak kampus berlomba
memperbaiki infrastrukturnya, termasuk infrastruktur
IT-nya.
Lalu bagaimana dengan pemasangan
hotspot
pada suatu
pusat keramaian? Seperti yang banyak kita lihat saat
ini, banyak ruang publik yang menyediakan fasilitas
hotspot.
Untuk yang
satu ini, alasannya sangat mudah ditebak, tak lain dan
tak bukan adalah aspek bisnis semata. Ya, sebuah ruang
publik yang menyediakan hotspot pastilah akan menarik bagi
para surfer
untuk
mendatanginya, dan para surfer ini biasanya berasal dari ekonomi menengah
ke atas. Ini merupakan suatu nilai tambah bagi proses
marketing suatu pusat keramaian. Entah itu hotspot
yang
bersifat free hingga hotspot yang berbayar sekalipun
kenyataannya tetap merupakan hal yang menarik, apalagi
untuk kalangan muda di kota-kota besar, yang didominasi
oleh pelajar dan mahasiswa dari berbagai penjuru
daerah. Tentu saja mereka merupakan target market
yang
potensial. Hitung saja sudah berapa pusat perbelanjaan
maupun hiburan di sekitar kita yang memasang fasilitas
ini, mulai dari Mall hingga kafe-kafe, semua berlomba
memperlengkapi diri dengan fasilitas ini. Tak lain
hanyalah untuk menarik pengunjung sebanyak mungkin
untuk memperlancar bisnis mereka
masing-masing.
Jadi
sebenarnya hal terpenting dari fenomena maraknya
pemasangan hotspot saat ini adalah bukan untuk
apa mereka memasangnya, namun bagaimana kita
memanfaatkannya. Orang yang memakai layanan tersebut
hanya untuk sekedar mengetahui gossip artis dan film
terkini tentunya tidak akan mendapat manfaat yang sama
dengan orang yang memakainya untuk bekerja melihat
harga saham di pasaran terkait dengan berita terbaru
kebijakan pemerintah. Begitu juga dengan mahasiswa,
walaupun sama-sama mendapat akses gratis di kampus,
tergantung dengan bagaimana mereka akan
memanfaatkannya.







0 komentar:
Posting Komentar